Thursday, June 28, 2007

ALAT SABLO (Kain Gasa)

Kain Gasa (Screen)

Kain gasa atau lebih di kenal dengan sebutan screen adalah kain yang digunakan untuk mencetak gambar pada benda yang akan di sablon. Kain ini berpori-pori dan bertekstur sangat halus sehingga menyerupai kain sutra. Libang pori-pori pada kain secreen ini berpungsi menyaring dan menentukan jumlah tinta yang keluar.

Screen pada umumnya di bagi menjadi 3 macam sebagi berikut :

Screen kasar (48T-90T)

Screen kasar memiliki lubang pori-pori cukup besar, sehingga mampu menyalurkan tinta dalam jumlah cukup banyak. Screen kasar memiliki nomor kerapatan 40T-90T (T=thick, ketebalan benang-benang screen)

Karena screen ini cukup banyak menyerap cet maka cocoknya di pakai yang cukup banyak menyerap minyak atau air sehingga screen ini cocoknya dipakai untuk menyablon handuk, selimut atau karung, pilih screen dengan kerapatan 48T atau 55T. Untuk bahan lain seperti kain kemeja, Spanduk, atau kaos, pilih screen dengan nomor kerapatan 77T. dengan memilih screen yang benar dapat menghasilkan hasil sablonan yang bagus.

Screen sedang (120T-150T)

Screen sedang memiliki tingkat kerapatan lubang pori-pori yang agak rapat. Screen ini biasannya digunakan untuk menyablon bahan atau benda-benda yang tidak terlalu menyerap cat seperti bahan kerta, kulit mitasi dan plastik.

Screen Halus (165T-200S)

Screen halus memiliki lubang pori-pori yang sangat kecil, tingkat kerapatannya cukup tinggi. Screen ini hanya dapat menyalurkan tinta yang sangat sedikit. 165T-200S (S=small{thin}, benang-benang screen tipis) screen ini paling cocok di gunakan untuk menyablon logam, mika, piring, gelas dan keramik.

Nomor Screen Untuk Berbagai Jenis Bahan

Screen 49T-55T

Untuk menyablon selimut, handuk, dan karung

Screen 62T

Untuk mencetak sablon timbul, kaos, lem seticker

Screen 77T

Untuk menyablon kaos dan berbagai spanduk

Screen 90T

Untuk menyablon timbul motif halus

Screen 120T

Untuk menyablon karton, seng, kayu, kulit, imitasi, dan kertas

Screen 150T

Untuk menyablon kertas motif blok, imitasi, mika, sticker

Screen 165T

Untuk menyablon plastic, kertas, logam, mika, dan barang-barang pecah belah seperti piring, gelas, dan keramik

Screen 180T

Untuk menyablon plastic dan jenis-jenis kertas bertektsur halus

Screen 49T-55T

Untuk menyablon raster

Friday, June 22, 2007

Sejarah Cetak Sablon

Cetak sablon atau cetak saring telah lama di kenal dan di gunakan oleh bangsa jepang sejak tahun 1664, abad ke 1 7, ketika itu Yujensai Miyasaki dan Zisukeo mengembangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif. Penyablonan kimono itu dilatarbelangi oleh kaisar yang melarang menggunakan kimono bertuliisan tangan. Pesalnya, Kaisar sangat prihatin karena tingginya harga kimono motif tulisan tangan yang beredar di pasar. Dengan keluranya kebijakan tersebut dapat ditekan, dan kimono motif sablon mulia banyak di di gunakan oleh masysrakat jepang.

Sejak itu tehnik cetak sablon mulai merambah ke negara-negara. Akan tetapi cetak sablon pada masa itu berkembang tidak terlalu baik, penggunaan kain gasa atau screen sebagi acuan, cetak sebelum di kenal, penyablonan masih menggunakan teknik pengecapan atau menggunakan model cetak atau mal.

Pada tahun 1907, seorang pria kebangsaan Inggris, Samuel simon, mengenalkan teknik sablon denghan menggunakan Chiffon sebagai pola (form) untuk mencetak. Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari gasa atau kain saring. Gambar yang tercetak akan mengikuti pola gambar yang ada pada kain gasa. Itu sebabnya teknik ini dikenal dengan sebutan silk screen printing yang berarti mencetak dengan menggunakan kain saring sutra.

Usai perang Dunia kedua, teknik cetak saring terus berkembang pest. Inovasi-inovasi terus dilakukan hingga memunculkan genre baru yaitu teknik cetak saring moderen. Namun, teknik dasar yang di gunakan cetak saring tetap sederhana, mudah, dan murah untuk di praktekan. Karenanya, selama bertahun-tahun, pandangan orang pada teknik saring ini tetap sama, yakni usaha sambilan tetapi menghasilkan”.

Istilah teknik cetak saring di Indonesia kurang di kenal. Istilah yang lebih popular digunakan adalah cetak sablon. Konon, kata sablon berasal dari bahasa belanda, yakni Schablon. Kata tersebut berkulturasi dan menjadi bahasa sarapan hingga bermetamorposis menjadi kata sablon